• Home
  • Profile
  • Member KKPA
  • Tulis Artikel
  • Contact Person

Mountain Sickness, Penyakit yang Sering Menyerang Saat Naik Gunung

 on Senin, 24 Oktober 2016  

Mendaki gunung menjadi salah satu hobi yang banyak digemari remaja beberapa tahun belakangan. Namun, tahukah Anda bahwa pendakian yang tidak disertai dengan persiapan yang matang justru bisa membahayakan pendaki? Salah satu kondisi yang bisa mengancam keselamatan saat pendakian adalah acute mountain sickness (AMS).
AMS atau yang sering kali disebut sebagai penyakit gunung bisa terjadi saat pendaki berada atau bermalam di ketinggian tertentu. Sekitar 25% penyakit gunung ini dialami saat pendaki berada di ketinggian 2400 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan sekitar 40-50% terjadi saat pendaki berada di ketinggian 3000 mdpl. Kondisi ini bisa terjadi pada usia tua dan muda, pria ataupun wanita, walaupun beberapa penelitian menyatakan wanita lebih sering terkena dibanding pria. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan kadar oksigen dan tekanan udara yang semakin berkurang saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi.

Apa yang membuat saya berisiko terkena acute mountain sickness?

Sampai saat ini tidak ada alat diagnosis yang bisa memprediksi dengan pasti kejadian penyakit gunung ini, namun angka kejadian penyakit ini biasanya semakin meningkat apabila ditemukan faktor risiko berikut:
  • Mempunyai riwayat AMS sebelumnya
  • Meminum alkohol atau aktivitas berlebihan saat tubuh belum beradaptasi dengan ketinggian
  • Pendakian yang terlalu cepat (mencapai ketinggian 2700 mdpl dalam waktu kurang dari 1 hari)
  • Mempunyai kondisi medis yang mempengaruhi sistem pernapasan
  • Tidak terbiasa berada di tempat tinggi

Gejala acute mountain sickness

Gejala dan tanda dari AMS biasanya timbul dalam waktu beberapa jam sampai 1 hari, gejala yang timbul bisa berupa gejala yang ringan sampai berat. Berikut adalah gejala dan tanda jika Anda mengalami AMS :
  • Sakit kepala
  • Pusing
  • Lelah
  • Tidak bisa tidur (sering terbangun saat tidur)
  • Kehilangan nafsu makan
  • Mual dan muntah
Apabila tidak ditangani dengan baik, AMS ini bisa berlanjut pada kondisi lebih buruk, berupa edema otak dan edema paru. Pada kondisi edema terjadi penumpukan cairan, sehingga fungsi dari organ tersebut terganggu. Tanda dari edema di paru adalah pasien merasa sesak atau sulit bernapas, dan kondisi ini seringkali diperberat dengan posisi tidur, dan diperingan dengan posisi duduk atau berdiri. Sedangkan edema otak biasanya ditandai dengan perasaan lemas, pusing, penurunan kesadaran yang mudah dikenali dengan pembicaraan yang meracau atau penderita yang tampak sering terkantuk, seperti orang mabuk atau dalam beberapa kasus seperti orang kesurupan.

Apa yang harus dilakukan saat gejala acute mountain sickness muncul?

Apabila ditemukan tanda dan gejala di atas, waspadalah, Anda atau rekan pendakian anda mungkin sedang mengalami serangan AMS. Menghentikan sementara pendakian merupakan terapi efektif bagi AMS, biarkan tubuh Anda beristirahat dan membiasakan diri dengan kadar oksigen dan tekanan udara yang rendah di ketinggian. Saat beristirahat, Anda tidak dianjurkan untuk meminum alkohol atau melakukan aktivitas berlebihan.
Gejala di atas biasanya akan membaik seiring dengan kondisi tubuh pendaki yang sudah beradaptasi, namun apabila dalam waktu 24-48 jam kondisi tidak membaik atau justru semakin memburuk, pendaki harus turun gunung. Kebanyakan pendaki merasa gejala semakin membaik saat turun setinggi 500-800 mdpl, namun apabila kondisi tetap tidak berubah, pendaki disarankan turun sampai basecamp pendakian dan meminta pertolongan tim medis di sana.

Obat yang bisa digunakan untuk mengatasi gejala acute mountain sickness

Onat-obatan yang bisa diberikan untuk mengurangi gejala AMS antara lain parasetamol atau ibuprofen untuk mengurangi sakit kepada atau pusing yang diderita, ondansetron atau promethazin untuk mengurangi mual dan muntah. Asetazolamide dan dexamethason merupakan salah satu obat yang sering digunakan baik untuk pencegahan maupun pengobatan AMS. Oksigen juga bisa diberikan apabila gejala dirasakan berat, dan bisa dihentikan saat gejala membaik. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter Anda mengenai perlu tidaknya penggunaan terapi di atas dan berapa dosis yang dianjurkan.

Bagaimana cara mencegah acute mountain sickness saat naik gunung?

Deteksi dini dan penanganan yang cepat merupakan suatu hal yang penting bagi AMS. AMS yang tidak ditangani dengan tepat bisa berakibat fatal, bahkan sampai menyebabkan kematian. Posisi penderita yang berada di gunung juga merupakan suatu tantangan karena medan yang sulit dijangkau dan tidak adanya jaringan komunikasi. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila pendaki mengetahui tips-tips untuk mencegah penyakit gunung ini.
  • Mendaki secara perlahan, supaya tubuh bisa beradaptasi.
  • Jika Anda tinggal di tempat dengan ketinggian di bawah 1500 mdpl, hindari tidur di ketinggian d iatas 2800 mdpl pada malam pertama.
  • Membuka tenda di tempat yang lebih rendah. Pendaki tentu saja diperbolehkan mendaki sampai puncak jika dirasakan aman, namun untuk bermalam, disarankan mencari tempat yang lebih rendah.
  • Tinggal di tempat dengan ketinggian sekitar 1500 mdpl selama beberapa hari atau minggu sebelum pendakian bisa membantu Anda untuk mendaki lebih cepat.
Sumber : HelloSehat

Mountain Sickness, Penyakit yang Sering Menyerang Saat Naik Gunung 4.5 5 Unknown Senin, 24 Oktober 2016 Mendaki gunung menjadi salah satu hobi yang banyak digemari remaja beberapa tahun belakangan. Namun, tahukah Anda bahwa pendakian yang ...


Tidak ada komentar :

Posting Komentar

J-Theme